Senin, 18 Juni 2012

PENYEBAB MALAS BELAJAR PADA ANAK

Acap kali terjadi , orang tua dari anak yang malas belajar merasa " kecurian", mereka terlambat menyadari bahwa anaknya malas untuk belajar, setelah anak pulang membawa buku rapot yang penuh dihiasi angka merah, Malas belajar memang sesuatu yang sulit untuk dilacak. Setiap hari kita tahu sendiri bahwa anak kita duduk berjam-jam dimeja belajarnya, tapi kita sungguh terkejut dengan hasil yang ternyata tidak sepadan dengan duduknya anak kita dimejanya selama berjam-jam. dan ternyata selama ini dia duduk dibelakang meja sebegitu lamanya tanpa hasil yang memuaskan.
Memahami anak sebagai individu yang sedang menjalani tahapan-tahapan dalam masa pertumbuhannya, diperlukan kesabaran ekstra. Demikian pula ketika mendapati anak yang telah memasuki usia sekolah begitu malas belajar. Mengandalkan guru untuk menyelesaikan masalah? Tentu tak bisa begitu.
Apalagi bila kita menyadari bahwa anak sesungguhnya memulai pendidikannya dari rumah. Sehingga, peran orangtua untuk membantu secara langsung kesulitan yang dialami anak merupakan hal yang sangat penting. Mencari penyebabnya adalah langkah awal untuk menerapkan solusi yang tepat.
Robert D. Carpenter MD adalah seorang peneliti yang pernah mengadakan pengamatan terhadap perkembangan belajar murid sekolah dasar di California, Amerika Serikat. Dalam pengamatannya ditemukan adanya penyebab mengapa anak-anak kerap mengalami masalah dalam belajar yang cenderung membuat mereka jadi malas. Berikut ini empat penyebab yang kerap terjadi dan menyebabkan anak malas belajar.

1. Komunikasi tidak efektif
 Berkomunikasi adalah memastikan bahwa ‘pesan’ yang ingin kita sampaikan kepada penerima pesan (anak) diterima dengan benar. Tentu orangtua ingin agar anak mengerti, menyukai dan melakukan apa-apa yang dipikirkan orangtua. Komunikasi yang efektif juga bisa mengungkapkan kehangatan dan kasih sayang orangtua
Coba ingat-ingat bagaimana pola komunikasi yang kita bangun selama ini. Sudahkah anak-anak menangkap pesan yang kita sampaikan sesuai dengan yang kita maksud?
Seringkali orangtua lupa menyampaikan ‘isi’ dari pesannya, tapi lebih banyak merembet pada hal-hal yang sebenarnya di luar maksud utamanya.
Komunikasi yang tidak efektif yang berjalan selama bertahun-tahun, pastinya akan berdampak negatif pada pembentukan karakter anak. Padahal, salah satu fungsi komunikasi adalah untuk mengenal diri sendiri dan orang lain. Bisa dipastikan pola seperti itu akan membuat anak bingung dalam mengenali dirinya sendiri dan orangtuanya. ‘Apa sih sebenarnya maunya Ayah/Ibu?’ Kebingungan ini mengakibatkan dalam diri anak tidak tumbuh motivasi kuat untuk berprestasi, toh mereka tak tahu apa gunanya mereka belajar.

2. Tak terbantahkan
Orangtua yang tak terbantahkan membuat anak sulit mengemukakan pendapatnya. Bahkan, sulit mengetahui potensi dirinya sendiri, apalagi mengoptimalkan potensinya. Kecenderungan tak terbantahkan ini kalau berlanjut terus bisa menjurus pada upaya memaksakan kehendak orangtua pada anak.

3. Target tidak pas
Di sinilah peranan orangtua sangat penting, jangan sampai terlalu memaksa anak dengan harapan agar mereka dapat menuai prestasi sebanyak-banyaknya. Mereka didaftarkan pada berbagai macam kursus atau les privat tanpa mengetahui bahwa batas IQ seorang anak tidak memungkinkannya menerima berbagai macam kegiatan yang disodorkan oleh orangtua.
Namun, sebaliknya bagi anak yang memiliki IQ tinggi, juga perlu penanganan khusus, karena mereka tidak cukup dengan target regular untuk anak lainnya. Mereka membutuhkan tantangan lebih supaya potensinya teroptimalkan. Untuk mengetahui potensi ini, orangtua perlu bantuan psikolog.

4. Aturan dan hukuman yang tidak mendidik
Terlalu ketat dalam rutinitas harian bisa menyebabkan akhirnya anak malas belajar. Namun, sebaliknya tanpa membuat rutinitas harian anak tidak terbiasa memiliki jadwal belajar yang harus dipatuhinya. Jalan tengahnya, rutinitas tidak bisa ditetapkan secara sepihak oleh orangtua, namun dibangun bersama-sama.
Membuat aturan juga harus diikuti dengan konsekuensi. Jadi, anak dapat mengerti apa hubungannya antara kepatuhan menjalani aturan dengan konsekuensinya, bukan sekadar hukuman yang tidak mendidik, seperti hukuman cubitan bila dapat nilai jelek


Mewaspadai empat hal tersebut penting untuk mencegah kemalasan anak semakin parah. Yuk, bantu anak-anak kita agar rajin dan senang belajar.

Mengatasi Anak Malas Belajar



Anak Malas belajar sudah menjadi salah satu keluhan umum para orang tua. Kasus yang biasa terjadi adalah anak lebih suka bermain dari pada belajar. Anak usia sekolah tentunya perlu untuk belajar, antara lain berupa  mengulang kembali pelajaran yang sudah diberikan di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah (pr)  ataupun mempelajari hal-hal lain di luar pelajaran sekolah.

Malas
malas dijabarkan sebagai tidak mau berbuat sesuatu, segan, tak suka, tak bernafsu. Malas belajar berarti tidak mau, enggan, tak suka, tak bernafsu untuk belajar (Muhammad Ali, Kamus Bahasa Indonesia)

Jika
anak-anak tidak suka belajar dan lebih suka bermain, itu berarti belajar dianggap sebagai kegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya/untungnya karena bagi ana-anak tidak secara langsung dapat menikmati hasil belajar. Berbeda dengan kegiatan bermain, jelas-jelas kegiatan bermain menarik buat anak-anak, dan keuntungannya dapat mereka rasakan secara langsung (perasaan senang yang dialami ketika bermain adalah suatu keuntungan).

Sebab

1. Faktor intinsik (dalam diri anak sendiri)
a.    Kurangnya waktu yang tersedia untuk bermain
b. Kelelahan dalam beraktivitas (misal terlalu banyak bermain/membantu orang tua)
c. Sedang sakit
d. Sedang sedih (bertengkar dengan teman sekolah, kehilangan barang kesayangan dll)
e. IQ/EQ anak

2. Faktor ekstrinsik
a. Sikap orang tua yang tidak memperhatikan anak dalam belajar atau sebaliknya (terlalu berlebihan  memperhatikan)
Banyak orangtua yang menuntut anak belajar hanya demi angka (nilai) dan bukan atas dasar kesadaran dan tanggung jawab anak selaku pelajar. Memaksakan anak untuk les ini itu. dsb.

b. s
edang punya masalah di rumah (misalnya suasana di rumah sedang "kacau" karena ada adik baru).

c. Bermasalah di sekolah (tidak suka/phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan dengan sekolah jadi enggan untuk dikerjakan).
Termasuk dalam hal ini adalah guru dan teman sekolah.

d. Tidak mempunyai sarana yang menunjang blajar (misal
tidak tersedianya ruang belajar khusus, meja belajar, buku penunjang , dan penerangan yang bagus.alat tulis, buku dll)

e. Suasana rumah
misalnya rumah penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun kondisi udara yang pengap. Selain itu tersedianya fasilitas permainan yang berlebihan di rumah juga dapat mengganggu minat belajar anak. Mulai dari radio tape yang menggunakan kaset, CD, VCD, atau komputer yang diprogram untuk sebuah permainan (games), seperti Game Boy, Game Watch maupun Play Stations.

Beberapa hal yang tidak kalah pentingnya dalam menyikapi anak yang sedang dilanda malas belajat adalah

1. Orangtua harus menyadari sisi positif sang anak.
Galilah sisi positif anak agar anak menyadari dirinya sendiri untuk mengatasi masalahnya,.
Ajak anak untuk mengingat ingat, dan kemudian bercerita. Begitu anak mengingat momen itu, gali lebih jauh.
Perkuat keyakinan anak, atau sadarkan anak. Misalnya dengan mengatakan: Nah, kamu pernah mengalami hal yang seperti ini, dan berarti kamu bisa mengatasinya
2. Gunakan imajinasi anak
Orangtua membantu anak membayangkan, apa yang dia inginkan untuk masa depannya. Baik dalam waktu panjang atau pendek.
Pancing anak untuk membayangkan sesuatu yang menyenangkan jika dia berhasil mengerjakan PR-nya dengan baik., kira-kira apa ya komentar dari guru? Minta dia menggambarkan imajinasinya dengan jelas, apa jadinya jika PR-nya bagus. Mulai dari bagaimana senyum sang guru, komentarnya, dan sebagainya.
3. Mengarahkan anak untuk berteman dan "hidup" dalam lingkungan yang baik dan  mendukung.
4. Tidak terfokus bahwa belajar hanya berkutat pada buku non fiksi.
Gunakan segala hal yang baik yang mampu membuat anak "belajar"tentang segala sesuatu, termasuk permainannya karena dunia bermain adalah dunia anak-anak Pilih dan arahkan permainannya sehingga anak bisa berkembang.
5. Memberikan bekal nilai-nilai religius pada anak
Inilah faktor yang sangat penting ,disamping doa orang tua akan anak-anaknya. Apalagi di jaman yang berkembang dengan pesatnya. Tak mungkin orang tua memberikan pengawasan secara kasat mata terus menerus.Juga kemajuan teknologi. Satu hal yang menjadi jawabnya adalah: beragama dengan baik dan benar.


MELATIH SI KECIL MENGHADAPI STRES

Melatih si kecil menghadapi stres

Stres yang dialami si kecil bisa berawal dari hal-hal yang kita anggap biasa, seperti berebut mainan dengan temannya, tugas sekolah.dan lain - lain Jika ia stres dengan hal tersebut, maka ia akan mengalami kegelisahan. Hal ini bisa berlarut-larut jika kita biarkan. Ketika si kecil menunjukkan gejala-gejala stres bahkan depresi, segera dekati dan ajak ia bicara, dan tanyakan penyebabnya dengan cara yang tidak membuatnya merasa diserang atau dipaksa. Mulailah berbicara, ngobrol sebagai sahabat sekaligus orang tuanya untuk menyiapkan kemungkinan mengeliminasi penyebab kegelisahannya dan mengatasinya.
Orang tua bisa mengajarkan anak berlatih menghadapi dan mengurangi kadar stres dengan relaksasi ringan ala Michele Borba, pengarang Big Book of Parenting Solution seperti dilansir kompas.com berikut ini.
  1. Melatih pernapasan
    Ajarkan si kecil untuk meniupkan kekhawatirannya lewat hembusan napas. Ajar mereka untuk melakukan gerakan seakan meniup balon yang ada di dalam perutnya. Gerakan ini dimaksudkan agar si kecil menghirup napas yang dalam, tahan hingga 3 hitungan, lalu hembuskan sambil mengeluarkan suara “aaaa”. Letakkan telapak tangan si kecil pada perutnya untuk ia merasakan napasnya yang masuk ke dalam perutnya.  Mengambil napas dalam-dalam dan perlahan adalah cara termudah untuk meredam stres dan membiarkan kekhawatiran mereda.
  2. Membiarkan ketegangan melayang
    Coba minta anak Anda untuk menegangkan setiap otot pada tubuhnya dan kaku seperti kayu, sehingga setiap tulang pada tubuhnya tegang. Tunggu beberapa saat, lalu dalam hitungan cepat, minta ia untuk membuat tubuhnya sangat lunglai. Saat ini dilakukan berulang kali, ia akan mengetahui cara membuat tubuhnya relaks. Ketika ia sudah mengenali tubuhnya sendiri, ia bisa menyadari bagian-bagian mana pada tubuhnya yang terasa kaku ketika ia sedang dalam tekanan (stres), entah itu lehernya, pundaknya, atau rahangnya. Ketika salah satu bagian pada tubuhnya menegang akibat stres, minta ia untuk menutup matanya, berkonsentrasi pada titik tersebut, buat bagian tersebut menegang selama 4 detik, lalu lemaskan. Saat melakukan teknik ini, minta ia untuk membayangkan stres dan kekhawatirannya terbang mengawang dari atas kepalanya dan jari-jari kakinya hingga ia benar-benar merasa tenang dan kalem.
  3. Kata-kata positif untuk tetap tenang
    Ajarkan si kecil untuk mengucapkan kata-kata penguatan di dalam kepalanya untuk meredakan ketegangan. Cari cara dan bahasa yang mudah ia katakan dan artinya cukup besar, misal “Tenang,” “Aku pasti bisa,” “Tenang dan bernapas pelan,” atau “Ini bukan hal yang sulit.”
  4. Tempat nyaman
    Coba tanyakan pada si kecil, di mana ia biasa merasa sangat tenang. Misal; pantai, ranjangnya, rumah kakek, atau tempat bermainnya yang lain. Ketika ia merasa sangat tegang, mintalah ia untuk menutup matanya dan membayangkan lokasi tadi sambil bernapas perlahan.
  5. Formula  1 + 3 + 10
    Katakan pada si kecil, ketika ia mulai merasakan tubuhnya tegang karena ada rasa tertekan, ajarkan ia formula 1+3+10. Pertama, angka 1 merupakan ucapan ia dalam hatinya untuk “tenang”. Selanjutnya, angka 3 melambangkan banyaknya napas perlahan dan mendalam yang harus ia hirup dan hembus dari perutnya. Sementara angka 10, merupakan hitungan yang di dalam kepalanya. Tempelkan formula ini di kamarnya atau di lemari es agar ia terus mengingat formula tersebut.
  6. Kotak pembasmi stres
    Tak ada cara yang benar maupun salah dalam mengurangi tingkat stres. Kuncinya hanyalah menawarkan pilihan agar si kecil bisa memilih apa yang terbaik untuknya. Ketika ia sudah menemukan penghilang stresnya sendiri, ia harus terus melatihnya hingga ia bisa menghapuskan stresnya sendiri. Keluarga bisa menciptakan kotak pembasmi stres. Isi kotak tersebut dengan alat-alat pembasmi stres. Misal, kertas kosong dan pensil (untuk menggambar stres yang pergi menjauh), bola remas, lilin mainan atau tanah liat untuk dibentuk, mp3, atau cd relaksasi. Isi kotak ini bisa digunakan tiap ada anggota keluarga yang merasa stres atau tertekan.
  7. Relaksasi dan pernapasan dengan yoga
    Saat ini latihan yoga sudah sangat bervariasi dan bisa diikuti oleh siapa pun, termasuk anak-anak. Coba ikuti kelas yoga bersama si kecil agar ia bisa belajar melatih pernapasan. Atau belilah DVD yoga untuk berlatih bersama di rumah.
Cara-cara di atas dapat melatih dan mempersiapakan si kecil menghadapi stres yang bisa menyerangnya kapan saja, sehingga anaka memiliki senjata psikologis untuk menghadapi berbagai tantangan dalam dunianya, serta belajar mengendalikan emosinya dalam menghadapi masalah, dengan kondisi fisik dan mental yang lebih sehat. Lalu bagaimana cara menanggulangi atau mengatasi stres yang sudah telanjur menyerang anak?

Menanggulangi stres yang dialami anak

Selain tindakan mencegah, melatih dan mengendalikan stres, sebagai orang tua, kita juga harus mau dan mampu menanggulanginya agar stres yang dialami anak tidak berlarut-larut dan berkepanjangan menjadi depresi. Kita bisa melakukan beberapa hal berikut berkaitan dengan menjaga kondisi fisik, stabilitas emosi dan menciptakan lingkungan yang nyaman.
  • Berikan anak asupan nutrisi yang baik dan bergizi agar kondisi badannya tidak melemah. Atur pola istirahatnya dengan tidur cukup agar sel-sel otaknya bisa rileks dan memacu pertumbuhan hormon-hormon pembangkit mood juga semangat. Kedua hal ini sangat membantu kestabilan tenaga dan emosi anak-anak dalam menghadapi stress.
  • Luangkan dan ciptakan waktu  yang tepat untuk anak. Manfaatkan sesempit apapun waktu untuk berkomunikasi dengan anak setiap hari. Tanyakan kondisi anak, dengarkan ketika ia bercerita mengutarakan masalah yang sedang dihadapinya, berikan respon positif dan biarkan ketika ia menuliskan apa yang dipikirkan dan dirasakannya dengan menulis diary. Hal ini akan membantu mengurangi kadar stres bakan bisa mengobatinya karena ia merasa sangat berarti bagi orang tuanya.
  • Ciptakan suasana nyaman di rumah dan siapkan lingkungan yang mendukung bagi perkembangan anak, sehingga ia dapat bermain, berimajinasi, mengembangkan kreativitasnya, serta mengekpresikan bakat seninya, seperti bermusik, menggambar, menulis, menari dan berkerasi dengan kertas atau tanah liat. Seni-seni seperti ini bisa menjadi terapi kecerdasan dan kesehatannya.
  • Bantulah si kecil untuk belajar mengidentifikasi bermacam strategi penanggulangan stres. Misalnya, mengajarkannya cara meminta pertolongan jika ada seseorang yang mengganggunya, mengajarinya bersikap terbuka dengan mengatakan apa yang disukai dan tidak disukainya atau meninggalkan orang yang bisa menganggu kenyamanannya
  • Berikan anak pengetahuan dan pengertian untuk mengenal emosi, menamai bentuk-bentuk emosi atau perasaannya, serta menerima dan mengekspresikannya dengan tepat. Hal ini dapat membantunya mengelola emosi dan menyalurkan stresnya
  • Ajarkan anak untuk mentransfer strategi pengendalian stres dengan mengalihkannya kepada situasi yang lain, misalnya membayangkan tempat-tempat yang disukai untuk dikunjungi dan menghayal mengunjungi tempat-tempat tersebut. Hal ini juga befungsi sebagaai langkah melatih anak menghadapi stres.
  • Berikan pujian yang logis dan wajar setiap kali mereka melakukan hal-hal yang baik. Pelukan hangat atau ciuman sayang bisa dilakukan agar mereka merasa dihargai dan dicintai, sehingga ketika ia mengalami stres ia tidak akan merasa dirinya benar-benar “hilang” dan tak berguna. Ia akan merasa memiliki orang yang siap mendukungnya dan mempercayai orang tuanya.
  • Ciptakan dan gunakan humor-humor segar untuk mencairkan kegelisahan dan kesedihannya akibat stres. Ajaklah ia menonton tayangan komedi yang baik, yang bisa membuatnya tertawa lepas. Humor bisa menjadi penyangga perasaan dari situasi yang kurang baik, dan tertawa senang bisa meningkatkan mood-nya. Selain itu, humor juga baik untuk menjaga persepsi anak tentang hidup dan permasalahannya. Anak bisa memandang masalah yang dihadapinya dengan sisi humornya, sehingga ia tidak terbelenggu stres.
  • Berikanlah contoh dan teladan yang baik kepada mereka sehingga mereka akan meniru tingkah laku orang tuanya. Tunjukkan kepada mereka keahlian untuk mengontrol pengendalian diri dan keahlian untuk mengendalikan stress. Dengan melihat hal ini akan memberikan keuntungan bagi mereka karena nantinya mereka akan mampu mengendalikan stress mereka secara baik.
  • Cari informasi mengenai penanggulangan stres pada anak melalui media massa, seperti televisi, koran, majalah, dan internet. Saling berbagi pengalaman mengasuh anak dan bertukar pikiran mengenai masalah anak-anak dengan teman atau sahabat sangat bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai penanggulangan stres. Jika masalah yang dihadapi terlalu berat untuk dihadapi sendiri, jangan segan untuk mengajak anak berkonsultasi dengan ahli atau para profesional.
  • Tanamkan dan ajarkan nilai-nilai agama pada anak sejak dini. Sebaik-baik tempat berkeluh kesah dan mengembalikan masalah adalah Allah SWT. Ajaklah si kecil untuk membiasakan diri beribadah dan berdoa untuk menumbuhkan kebutuhan spiritual dalam dirinya, serta mengembangkan kecerdasan spiritualnya dalam menghadapi stres yang ia alami. Kelak, pembelajaran dan pendidikan seperti ini bisa membentengi mental dan jiwanya dari keterpurukan saat menghadapi masalah karena ia mempercayai dan meyakini kekuatan Tuhan.

Minggu, 03 Juni 2012

Kiat - Kiat Menangani Anak Hiperaktif

Mempunyai anak yang bebeda dengan anak kebanyakkan ( baca : Hiperaktif ) semua orang tua di dunia pasti tidak akan mau tetapi garis hidup telah tersirat dan tersurat semua yang kita terima dari Allah SWT  pasti lah ada hikmah di dalamnya, sehingga kita sebagai orang tua wajib mensyukuri apapun dan bagaimanapun keadaan anak kita. Kita wajib menjaga amanah yang telah Allah berikan pada kita.
Menjadi orangtua yang memiliki anak hiperaktif pasti merupakan salah satu tugas yang sangat sulit. Berikut ini beberapa kiat  yang dapat Anda terapkan dalam usaha menghadapi anak hiperaktif:
 
1. Ajarkan disiplin pada anak 
    disiplin dalam waktu, disiplin dalam memulai semua aktifitas harian, agar ia dapat   
    mengatur dirinya dengan baik
 
2. Jangan menghukum  anak
    terkadang anak tidak tahu bahwa yang dilakukannya melanggar aturan, kita wajib   
    mengingatkan dan mengarahkan ,karena perilaku hiperaktif bukanlah kesalahan  
    anak Anda.
 
3. Jangan sekali-kali melabel anak hiperaktif sebagai anak nakal, malas atau bodoh.  
    anak akan tersegesti dengan kata kata yang dia dengarkan tentang dirinya , karena 
    akhirnya ia akan bersikap seperti yang dilabelkan padanya.
 
4. Keefektifan terapi berbeda-beda bagi tiap anak. Orangtua harus menentukan terapi  
    yang terbaik bagi anak.
 
5. Berikan kasih sayang (bukan memanjakan) pada anak hiperaktif melebihi saudara 
    lainnya. Alasannya, seberapa banyak kasih sayang yang ditumpahkan pada anak  
    hiperaktif, tidak akan pernah bisa penuh.
 
6. Dalam mengajari anak Anda yang hiperaktif, jangan bosan untuk terus menerus 
    mengulang hal-hal yang dengan cepat dapat dipelajari dan diingat oleh anak normal.
 
7. Di depan anak Anda tersebut, katakanlah pada orang lain kalau dia adalah anak yang 
    baik, dan jangan mengomentari kesalahan- kesalahan yang pernah dilakukannya.
 
8. Secara konstan/terus menerus waspadalah terhadap segala tindakannya yang 
    mungkin dapat membahayakan dirinya atau orang lain.
 
9. Perbanyak komunikasi dengan anak Anda. Jika pada anak normal kita cenderung  
    berkomunikasi pada saat-saat tertentu, pada anak hiperaktif kita harus 
    berkomunikasi "setiap satu menit sekali".

10. Salah satu hal tersulit dalam mengatasi anak hiperaktif adalah ketika sedang berada di meja makan dan kita meminta dia makan sendiri. Mungkin dia malah akan memainkan makanannya atau berlari- lari mengelilingi meja makan. Jangan marahi dia! Yang harus Anda lakukan adalah Anda harus menyuapi mereka dengan sabar.

Demikian bebarapa tips yang diharapkan dapat membantu Anda. Menghadapi anak hiperaktif mungkin tidak semudah teori yang kita baca, tapi dengan kesabaran dan didasarkan rasa kasih kita kepada sang anak, kita pasti bisa melakukannya.
 SEMOGA MANFAAT